See You Again

Sabtu, 20 Agustus 2016

AKU BUKAN DIA !!!




Setiap manusia itu berbeda. Memiliki kodratnya masing-masing. Dan dengan begitu tak heran jika ada manusia yang kaya, miskin, sederhana, cantik, jelek, dan sebagainya. Begitulah kehidupan. Karena tanpa seperti itu, ibarat sayur asam tanpa garam jadi hambar.



Dan aku bukan lah dia, bukanlah mereka. Aku adalah aku. Dan meskipun nanti aku berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk, tetaplah, aku adalah aku, yang tak perlu (kalian, kau, anda, njenengan) samakan dengan orang lain. Karena aku bukan mereka, aku bukan dia, aku bukan anda.

Dan dari dulu hingga sekarang... akan banyak orang berkata “Kamu itu mbok ya kayak si A, B, C-Z.” Dan ketika sudah meluncur kalimat tersebut ke otakku. Aku terdiam, dan dalam hati berteriak “Stop It”.

Lelah, lumrah bukan?
Aku lelah mendengar kalimat tersebut untuk berkali-kali.

Tolong berhenti samakan diriku dengan dia. karena aku tak bisa dan tak akan bisa sama dengan dirinya. Aku bukan saudara kembarnya dan bukan siapa-siapanya. Dia lebih baik dariku, dia lebih sempurna dariku, baik memang untuk di contoh sisi positifnya. Tapi bukan berarti aku harus sama persis dengannya kan?

Jadi, ayo berubah lebih baik dengan tidak saling menyama-nyamakan. Karena aku, kamu, dan dia beda.
We are just human. not robots that can be the same .

 

Kamis, 18 Agustus 2016

18 Agustus




20 tahun yang lalu...

Napas baru telah muncul... Tubuh mungil... Kulit lembut...
Tangisan jabang bayi menggema di dalam rumah gedek yang reot.
Bayi perempuan dengan terpaksa harus di Adzhan ni oleh anggota keluarga yang lain.
Ayahanda merantau... Hanya mampu mendo’akan dari sana. Bayi perempuan itu mulai melihat sekelilingnya. Mulai melihat alam yang beda. Alam yang menyambut dirinya dengan suka cita.
Ya, dia sudah menjadi anggota keluarga dalam rumah gedek reot itu.

5 tahun berlalu~

Jabang bayi itu menjadi anak kecil perempuan yang begitu aktif. Bermain, tertawa, menangis kencang karena terjatuh. Ah~ Masa kanak-kanak yang begitu membahagiakan.
Dia masih anak-anak dan akan berubah sesuai kodratnya. Jadi biarkan dia bermain sepuasnya, bergembira bersama teman-temannya.

Sampai suatu hari salah satu tetangga bergurau dengannya. Menanyakan siapa Ayahandanya.
Dia tersenyum, dengan entengnya dia menjawab “Pak. Sikas bapakku.”
Beberapa hari kemudian tetangganya menanyakan pertanyaan yang sama. Dan masih dengan riangnya dia menjawab “Pak. But bapakku.”

Tidak, dia tidak memiliki dua Ayah. Hanya saja dia belum pernah bertemu dengan Ayahnya. Belum tau siapa nama sang Ayah. Dan dua nama tersebut hanyalah tetangga bapak-bapak yang begitu baik dengannya.
Dia masih bahagia... Karena dia hanyalah seorang anak-anak.

TK Dharma Wanita 0 kecil. Astaga dia sudah masuk sekolah. Dia akan bertemu dengan banyak teman. Hari pertama sekolah dia begitu semangat. Dia sudah mulai belajar sebelum masuk TK. Dan untuk setiap harinya... dia akan bersemangat.

Dia anak yang mandiri. Pagi sebelum berangkat sekolah, dia dengan lihai mandi sendiri, mengambil pakaian di lemari yang tinggi dengan kursi merahnya, sarapan, mengunci pintu rumahnya sebelum berangkat. Dan tidak lupa dia akan menaruh kunci rumah di tempat paling rahasia. Dimana hanya Dia, dua Kakaknya, dan juga Ibunya yang tahu..

Ah ya... Dia sudah tidak tinggal lagi di rumah gedek nya. Kini dia sudah menempati rumah yang besar dan tidak perlu takut roboh di kala hujan dan badai datang. Rumah yang nyaman, rumah yang di bangun dengan kerja keras Ayahandanya.

Bertahun-tahun berlalu... Akhirnya~ Dia tahu siapa Ayah nya. Ayah yang tak pernah dia lihat sebelumnya, Bahkan foto saja dia tak punya. Ayahnya tampan dengan tubuh besarnya. Ayahnya menimangnya, Ayahnya menggendongnya, Ayahnya memandikannya, Ayahnya bermain, dan tertawa dengannya.

“Aku punya Bapak.... Aku punya Bapak...” teriaknya.

Dan untuk saat itu, ketika dia sudah menginjak Sekolah Dasar... Dia begitu sangat bahagia dengan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya. Meski dia harus di tinggal merantau lagi, dia tetap bahagia. Karena mengetahui sosok Ayah dalam hidupnya adalah kebahagiaan yang luar biasah.

Beberapa kali bertemu dengan sang Ayah yang pulang kampung, lalu berangkat merantau lagi, Pulang lagi, merantau lagi. Hingga Dia kelas X di Madrasah Aliyah, Ayahnya pulang... Dan untuk pertama kalinya dia tak ingin sang Ayah kembali merantau. Dia merasa Sang ayah udah cukup tua untuk bekeraja jauh dari keluarganya. Malam itu, sebelum sang Ayah kembali untuk terbang ke Negeri Orang, Ayahnya menghampiri Dirinya yang sedang tidur. Ayahnya memeluk dengan erat tanpa menghilangkan kenyamanan si anak.
Dia sadar sang ayah memeluknya, dan dia merasa ini pelukan yang begitu nyaman.

Jum’at  2013

Dia anak  SMA yang begitu aktif di organisasi. Dia menjadi anak perempuan yang pendiam tapi kocak ketika sudah bertemu dengan teman dekatnya. Dan Jum’at 2013 hari itu, dia di hubungi oleh tantenya untuk segera pulang. Untuk izin di kakak pembina tidak mengikuti pramuka. Jum’at itu Jum’at berduka... Jum’at yang tidak dia inginkan. Jum’at yang menjatuhkan dia sejatuh-jatuhnya. Jum’at yang ingin dia hancurkan.

“Ada apa? Kenapa ini?” 

Begitu dia pulang, rumah begitu sepi, hawa kehangatan itu talah tiada. Tawa riang yang biasah dia dengar dari keluarganya telah hening.

“Kenapa Mak? Kenapa Emak menangis? Ada apa?” 

“Ayo, kamu ambil Wudhu dulu. Sholat sunnah, minta sama Allah, Semoga Bapak di terima di sisi-NYA.”
 Detik itu juga, ia terdiam, tak ada tetes air mata, dia hanya merasa mimpi dan akan segera bangun.

Hingga beberapa hari kemudian, mobil ambulan datang ke-rumah. Membawa peti panjang. Rumahnya  menjadi lautan tangis, tetangga, kerabat dekat, kerabat jauh, semua yang mengenal keluarganya  datang dengan menumpahkan tangis mereka.

Malam harinya, Dia membacakan Surah Yasin berkali-kali setelah ia percaya dengan membuka kain kafan jasad itu. Tak henti-hentinya ia baca. Sampai tenggorokan dan napas tak beraturan. Dia tak menangis, hanya saja bongkahan di dalam dadanya membuat ia sesak untuk bernapas.

Dan malam-malam berikutnya setelah kejadian itu berlalu~~~~~

Dia menangis haru tiap kali rindu sang Ayah. Ayah yang begitu dia inginkan untuk menyaksikan pernikahannya kelak, Ayah untuk menjadi Wali di acara Ijab Qobulnya. Ayah yang akan menimang anak-anaknya kelak.

Ayah~ Sosok yang begitu dia damba-dambakan. Laki-laki penuh semangat untuk menghidupi keluarganya. Laki-laki penuh wibawa. Laki-laki penuh rasa sayang pada istrinya. Laki-laki penuh canda pada anaknya. Laki-laki yang luar biasah.

Dan sekarang, 20 Tahun berlalu~~~ Semoga dia sehat selalu.
Amin


Senin, 25 Juli 2016

Pantai Cemara Banyuwangi, Jawa Timur

24 July 2016~

Datang ke kondangan temen yang udah selesai. Niatnya mau memeriahkan pernikahannya. Eh lah dalah ~ ternyata rumah udah bersih dari decornya. Sound sistemnya. Dan pintu udah tertutup rapat.

"Ah~ mungkin lagi tidur siang." Pikirku.

Dan akhirnya... mikir mikir mikir... udah jauh-jauh dari rumah. Masak mau balik. Gak mungkinkan...
Dan akhirnya jalanlah ke pantai cemara.
Mulai dari insiden gak tau tempatnya. Kesasar. Ke jauhan. Bensin mau abis...
Alhamdulillah~ akhirnya ketemu setelah searching di google map. #thanks om google 
Perjalanan cukup panjang lah ya sampai pantat panas dan tepos, wajah udah kumut-kumut. Haduh... belum nemuin pengantinnya lagi.

But... it's okay. Semua cukup terbayar dengan kesejukan yang di sajikan Pantai Cemara. Tiket masuk hanya untuk parkir Rp. 2.000,-.

WHAT THE FU*K??? Rp.2000,-???
ini sumpah murah meriah. 
Tara~~~~
Ini dia hasil jepretan saya.
Gak nyesel deh kesini. Toilet udah tersedia, Musholah juga ada, dan tempat sampah ada dimana-mana. Kalau kesini pengennya santai, nongkrong aja di bawah pohon cemara yang sudah di sediakan tikar oleh penjual makanan. Di jamin asyik banget.
Mau main ke pantainya??? Monggo... tiduran di pinggir pantai bawa alas sendiri ya.



Hmmmm meski tempat sampah sudah di sediakan. Sampah masih berserakan dimana-mana.
Ya, semoga saja pengelola dan penikmat wisata Pantai Cemara lebih memperhatikan kesadaran diri masing-masing.

"Maaf... saya cukup menyesal, tidak memungutnya."

Kota Atap, Banyuwangi.